Jembatan Ampera (Ampera Bridge)

Jembatan kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan

Sriwijaya FC

Club Sepakbola Sumatera Selatan

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 13 September 2012

Wakil Gubernur Sumatera Selatan

Eddy Yusuf
Gaya bertuturnya tegas, lugas, dan jelas. Mereka yang tak mengenalnya secara mendalam akan menyangka Eddy Yusuf seorang pendiam. Padahal ia sosok yang hangat. Kalau sudah berbicara, Eddy Yusuf terkesan berapi-api. Ia pandai menyakinkan lawan bicaranya.

Semasa menjabat Bupati Ogan Komering ulu (OKU), ia tak menyukai formalitas dan aturan protokoler. Eddy Yusuf sangat egaliter, ia ingin selalu dekat dengan rakyatnya. Ia sosok yang dinamis, pekerja keras, dan memiliki fighting spirit yang tinggi dalam mengarungi samudera kehidupan.

Karena gayanya itu, orang menjulukinya sebagai “Soekarno Kecil”. Beberapa kolega dan tokoh masyarakat mengenalnya sebagai representasi pemimpin daerah yang visioner. Hal ini terlihat bagaimana pengagum Soekarno dan Jenderal Sudirman ini melakukan kajian strategis dalam pembangunan OKU, yang hasilnya mengagumkan.

Eddy Yusuf lahir Di Baturaja pada 4 Desember 1955. Ia anak ke-6 dari 10 bersaudara pasangan Abdullah Mandjan dan Yus Chairani. Ayahnya mantan Asisten Wedana dan ibunya guru Sekolah Rakyat (SR). Meskipun Ayahnya Asisten Wedana kala itu, Eddy Yusuf tidak serta merta merasakan enaknya menjadi anak pejabat. Sejak kecil, ia “dipaksa” hidup mandiri oleh ayahnya.

Ketika lulus SD, pada usia 13 tahun, ia disuruh ayahnya hidup sendirian di Palembang, sementara orangtuanya di Baturaja. Tapi tempaan itu justru membuat Eddy Yusuf kecil jadi pribadi yang mandiri. Ia meneruskan sekolah SMP dan SMA, sambil bekerja. Uang kiriman orangtua tak disentuhnya sama sekali, melainkan ditabung. Ia ingin membuktikan bisa eksis.

Ia tak pilih-pilih pekerjaan. Apa saja dilakukan, asal mendatang kan uang halal. Ia pernah menjadi tukang cuci motor,petugas keamanan pasar,tukang pakir.semua nya dilakukan di luar jam sekolah. 

Karena lingkunganya beragam Eddy Yusuf banyak teman pergaulannya luas. Dalam setiap lingkungan yang di masukinya, Eddy selalu di pilih menjadi pemimpin oleh teman –temannya. Ia tumbuh sebagai sosok yang menyukai tantangan dalam bekerja dan berkarya.

Pada tahun 1974,ketika masih duduk di bangku SMAN 3 Palembang,Eddy yusup mulai berfikir memasuki babak baru:ia ingin sekolah sambil berkerja secara formal. Ia kemudian melamar dan diterima sebagai tenaga honor daerah (Honda)di Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
Ada dua tokoh birokrat yang berjasa dalam pengembangan karirnya saat itu, yakni HT Simandjuntak, Asisten Pembangunan, dan Datuk Leila siregar,Asisten Pemerintahan,pada era Gubernur H. Asnawi mangku Alam.Tugas Eddy saat itu adalah membantu semua pekerjaan kedua orang tersebut di rumahnya, sepulang sekolah. Mulai mengonsep pidato,merapikan berkas-berkas, dan lain-lain.

Perlahan-lahan Eddy Yusuf meniti karir sebagai birokrat dari bawah.Pada tahun 1978, ia akhirnya diangkat sebagai pegawai negeri sipil.Saat itu ia sudah kuliah di angkat III Fakultas Hukum,Universitas Sriwijaya. PAda tahun 1982, ketika awal pembentukan PB-7 di sumsel, Datuk Leila siregar memintanya membantu menggerakkan organ BP-7 tersebut.Sampai akhirnya Eddy Yusuf menjadi ManggalaNasionalBP-7.

Menjadi birkorat karir,mantan Manggala Nasional BP-7 , dan dosen di beberapa parguruan tinggi swasta di sumsel, membuat Eddy Yusuf sebagai sosok yang sangat kritis dandihormati koleganya. Ia teguh memegang prinsip.puncak karirnya terjadi pada tahun 2005, ketika Eddy Yusuf menjadi Bupati OKU. Ia juga menjabat Ketua Umum MKGR sumsel. Dalam bekerja dan bergorganisasi, ia memegang teguh prinsip tak ingin setengah-setengah.semua harus dijalankan secara total.Mengutamakan Pendidikan sewaktu kuliah di unsri,Eddy termasuk mahasiswa yang akktif.belum lagi bekerja ia juga bekerja sebagai tenaga honor daerah di Pemrov Sumsel.. Baru pada tahun 1980, ia berkenalan dengan suzzana farianty, yang tahu kemudian ia nikahi.

Dari pernikahan Eddy Yusuf-suzzana, keduannya dikarunia tiga orang putera. Putera pertamanya, Gilang ramadhan, kini kuliah di Fakultas Ekonomi, Monash, Kualalumpur, Malaysia. Putera kedua, garlan Ramadhan, kuliah di Fakultas Teknik Sipil universiatas Indonesia, Jakarta. Sedangkan si bungsu Gressa Ramadhanty, kini masih duduk di bangku SMA Kesuma Bangsa Palembang.

Pasangan ini menerapkan disiplin tinggi untuk urusan pendidikan kepada anak-anaknya. Saking pentingnya pendidikan, sampai-sampai ketikda eddy yusuf dilantik menjadi Bupati OKU, tidak satu pun dari ketiga anaknya yang hadir. Pasalnya, saat itu mereka sedang masuk sekolah atau kuliah.

Edi memang mengajarkan sekolah lebih penting, dan harga mati, “Hujan dan petir pun, istilahnya merka tetap harus sekolah dan itu nomor satu, “Kata Eddy.

Eddy Yusuf menyakini, implementasi otonomi daerah, sebagai perwujudan dari UU NO.32 tahun 2004, menuntut suatu transformasi kepemimpinan daerah. Kedudukan dan peran kepala daerah sangat strategis. Seorang kepala daerah harus mampu menerapkan pola kegiatan yang dinamik,aktif,dan komunikatif. Dengan kepemimpinan yang efektif,kepala daerah diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan paradigma baru otonomi daerah.dan Eddy terbukti mampu mentransformasikan diri dalam paradigma baru itu selama menjabat Bupati OKU. Mantan Gubernur Sumsel (1998-2003) laksda (purn) Rosihan Aryad
Menilai Eddy Yusuf adalah salah satu contoh kepala daerah unggulan. “Eddy Yusuf, seperti yang saya kenal, adalah sosok yang serius dalam setiap pembicaraan yang kita lakukan. Ia memiliki pandangan dan visi pembanggunan yang luas,” katanya.

Sementara itu mantan KSAD yang asal Sumsel, jendral TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu , melihat Eddy Yusuf sebagai pemimpin komunikatif dan dekat dengan rakyat. “saya melihat,pak Eddy Yusuf sebagai pemimpin yang dekat dan mampu membaur dengan rakyatnya,” katanya.

Dengan sosok seperti itu,wajar jika orang menilai Eddy Yusuf klop mendampingin Alex Noerdin memimpin Sumatera selatan untuk periode 2008-2013. keduanya seperti dwi tunggal. Alex noerdin adalah sosok pembaharu dan innovator, sedang Eddy Yusuf memahami jantung birokrasi dan rakyat.



Gubernur Sumatera Selatan



H. Alex Noerdin

H. Alex Noerdin lahir di Palembang pada 9 September 1950. Saat itu, Presiden soekarno menengoknya dirumah sakit. Ayahnya, mayor Noerdin Pandji, menjabat Komandan KMKB (Komando Markas Kota Besar) Palembang kala itu.

Daerah Pejuang yang menitis dari sang ayah dan wejangan untuk selalu peduli sesame telah mengantar Alex Noerdin menjadi pemimpin yang penuh kasih dan mencintai rakyatnya. Ia juga pemimpin yang tegas, pantang menyerah, dan selalu terusik mencari terobosan dan inovasi serta berani mengambil resiko, sejauh hal itu mempunyai manfaat besar bagi daerah dan rakyatnya.

Mantan Bupati Musi Banyuasin dua periode (tahun 2001-2006 dan 2006-sebelum menjadi Gubernur Sumsel) ini dikenal memiliki visi yang tajam dan jelas. Ketika mengawali tugasnya sebagai Bupati Musi Banyuasin, tahun 2001, kondisi daerah yang beribu kota diSakeyu ini boleh dibilang memprihatinkan. Ketika itu orang menyebut Musi Banyuasin layaknya dusun tinggal. Infraktrustur umum minim, fasilitas pendidikan dan kesehatan kurang memadai, dan banyak warganya memilih pergi kedaerah lain yang lebih maju. Inilah fakta yang harus dihadapi Alex.

Alex Noerdin kemudian melakukan terobosan (shortcut strategy), memotong rantai birokasi yang tidak memiliki nilai tambah. Ia dengan jeli mengawali pembangunan Muba dari sector yang paling dasar dan vital: pendidikan dan kesehatan. Peningkatan kualitas SDM merupakan kunci dari pembangunan berkelanjutan, begitulah jalan berpikirnya. Ia kemudian melancarkan program Berobat Gratis dan Sekolah Gratis. Untuk itu, dialokasikannya anggaran pendidikan pada APBD sebesar 20 persen lebih. Hal itu ia lakukan secara konsisten sejak tahun 2002 dan terbukti sukses.

Pada saat itu, bahkan hingga sekarang, jarang daerah di Indonesia mampu mewujudkan amanah undang-undang untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen. Ia memanfaatkan sumberdaya alam Muba untuk meningkatkan kualitas SDM warganya. Inilah salah satu bukti kejelian dan kepeloporannya. Sekayu dan Muba kini menjadi daerah yang lebih maju dan modern.

Mantan Menteri Negara Otonomi Daerah, Ryaas Rasjid, memuji langkahnya ini. “Saya salut dengan adanya pemenfaatan sumberdaya alam menjadi investasi bagi sumberdaya manusia. Ini langkah cerdas yang diambil oleh pemimpin daerah, “katanya.

Sementara pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit, menyebutnya sebagai salah satu bibit unggulan daerah yang mampu membuat perubahan. “Lihat saja, betapa banyak pejabat daerah yang benar-benar merupakan pemimpin didaerahnya. Mereka bekerja keras bahkan mengabdi pada masyarakatnya, “ujar sukardi.

Pengakuan yang paling menonjol adalah penghargaan Satyalancana Pembangunan yang diterimanya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tahun 2007.

Alex Noerdin tak hanya dikenal di lingkungan Muba atau Sumsel saja. Ia menebus batas-batas daerah. Di level nasional, ia dipercaya menjadi Ketua Harian Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), yang kini berubah nama menjadi Badan Koordinasi Kabupaten Seluruh Indonesia (BKKSI) periode 2005-2008.

Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Umum Forum Komunikasi Daerah Penghasil Migas (FKPDM) periode 2005-2008. Melalui FKPDM inilah ia memperjuangkan pembagian hasil migas yang lebih fair antara daerah dengan pemerintah pusat. Seorang pemimpin harus gigih memperjuangkan kesejahteraan daerahnya.

Untuk membangun daerah, alex juga piawai merangkul investor. Ia punya jaringan luas untuk itu. Terbukti, ia bisa mengajak kerjasama investor nasional maupun internasional untuk turut mengebangkan Muba, baik disektor pendidikan, kesehatan, maupun industri, dan pertambangan, serta perkebunan.

Ia selalu memegang prinsip, seorang pemimpin layaknya pejuang. Ia harus punya komitmen kuat memperjuangkan kepen-tingan rakyat dan daerahnya. Salah satu wasiat dari almarhum ayahnya yang terus dipegangnya adalah agar selalu berorientasi bagi kejayaan rakyat dan daerahnya serta rela berkorban. Seorang pemimpin harus senantiasa memegang amanah. “Saya tidak mau menjadi orang yang tidak bisa dipegang kata-katanya, “kata Alex.

Sikap untuk jadi pemimpin yang selalu memegang amanah itulah yang ia canangkan untuk memimpin Sumatera selatan kini. Bersama seluruh lapisan masyarakat, jajaran pemerintah daerah dan birokasi, ia yakin Sumsel bisa lebih maju dari kondisi sekarang.

Alex Noerdin adalah putra pejuang kemerdekaan H. moehammad Noerdin pandji dan Hj. Siti Fatimah. Selepas SMA di palembang, ia meneruskan studi di Jakarta. Semangat belajar yang tinggi mendorongnya kuliah di dua perguruan tinggi terkemuka dalam waktu bersamaan, yakni di Fakultas teknik Industri Trisakti (lulus 1980) dan Fakultas Hukum Universitas Atmajaya (lulus 1981).

Tamat kuliah, ia kembali ke Palembang dan memulai karir di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) Provinsi Sumsel. Di sela-sela kesibukannya sebagai Pegawai Negeri Sipil, Alex tetap rajin menimba ilmu. Antara lain di Nagoya, Jepang (UNCRD, 1985), Roterdam, Belanda (HIS, 1987-1988), Cambridge, USA (Harvard University,1992) dan Kobe, Jepang (UNFPA, 1996).

Sukses dalam pendidikan dan karir, ia dan isterinya, Hj. Sri Eliza, tetap menjaga keluarga untuk menjalankan agama dengan ketat. Pasangan ini berusaha mewujudkan keluarga sakinah, mawadah warohmah. Alex-Eliza juga berhasil menghantarkan sukses putra-putrinya.

Anak pertama, H. Dodi Reza Alex lulus magna cumlaude dari Solvay Business School, Universitas Libre de Bruxelles, Brussels, Belgia. Dodi kini dikenal sebagai pengusaha muda sukses dijakarta dan aktif berorganisasi, antara lain dia menjabat sebagai ketua umum BPD HIPMI Sumsel, ketua Korwil sumbagsel badan pengurus pusat atau (BPP) HIPMI, fungsionalris pusat BPP partai golkar, bendahara umum KONI Sumsel, dan ketua umum pemprov berbasis Sumsel.

Anak kedua, Deni Akhendra Alex meninggal tahun 2003. Anak ketiga, H. Luri Elza Alex, adalah seorang pengacara dan kini tinggal di Jerman bersama suaminya.



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More