H. Alex Noerdin |
H. Alex Noerdin lahir di Palembang pada 9 September 1950. Saat itu, Presiden soekarno menengoknya dirumah sakit. Ayahnya, mayor Noerdin Pandji, menjabat Komandan KMKB (Komando Markas Kota Besar) Palembang kala itu.
Daerah Pejuang yang menitis dari sang ayah dan wejangan untuk selalu peduli sesame telah mengantar Alex Noerdin menjadi pemimpin yang penuh kasih dan mencintai rakyatnya. Ia juga pemimpin yang tegas, pantang menyerah, dan selalu terusik mencari terobosan dan inovasi serta berani mengambil resiko, sejauh hal itu mempunyai manfaat besar bagi daerah dan rakyatnya.
Mantan Bupati Musi Banyuasin dua periode (tahun 2001-2006 dan 2006-sebelum menjadi Gubernur Sumsel) ini dikenal memiliki visi yang tajam dan jelas. Ketika mengawali tugasnya sebagai Bupati Musi Banyuasin, tahun 2001, kondisi daerah yang beribu kota diSakeyu ini boleh dibilang memprihatinkan. Ketika itu orang menyebut Musi Banyuasin layaknya dusun tinggal. Infraktrustur umum minim, fasilitas pendidikan dan kesehatan kurang memadai, dan banyak warganya memilih pergi kedaerah lain yang lebih maju. Inilah fakta yang harus dihadapi Alex.
Alex Noerdin kemudian melakukan terobosan (shortcut strategy), memotong rantai birokasi yang tidak memiliki nilai tambah. Ia dengan jeli mengawali pembangunan Muba dari sector yang paling dasar dan vital: pendidikan dan kesehatan. Peningkatan kualitas SDM merupakan kunci dari pembangunan berkelanjutan, begitulah jalan berpikirnya. Ia kemudian melancarkan program Berobat Gratis dan Sekolah Gratis. Untuk itu, dialokasikannya anggaran pendidikan pada APBD sebesar 20 persen lebih. Hal itu ia lakukan secara konsisten sejak tahun 2002 dan terbukti sukses.
Pada saat itu, bahkan hingga sekarang, jarang daerah di Indonesia mampu mewujudkan amanah undang-undang untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen. Ia memanfaatkan sumberdaya alam Muba untuk meningkatkan kualitas SDM warganya. Inilah salah satu bukti kejelian dan kepeloporannya. Sekayu dan Muba kini menjadi daerah yang lebih maju dan modern.
Mantan Menteri Negara Otonomi Daerah, Ryaas Rasjid, memuji langkahnya ini. “Saya salut dengan adanya pemenfaatan sumberdaya alam menjadi investasi bagi sumberdaya manusia. Ini langkah cerdas yang diambil oleh pemimpin daerah, “katanya.
Sementara pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit, menyebutnya sebagai salah satu bibit unggulan daerah yang mampu membuat perubahan. “Lihat saja, betapa banyak pejabat daerah yang benar-benar merupakan pemimpin didaerahnya. Mereka bekerja keras bahkan mengabdi pada masyarakatnya, “ujar sukardi.
Pengakuan yang paling menonjol adalah penghargaan Satyalancana Pembangunan yang diterimanya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tahun 2007.
Alex Noerdin tak hanya dikenal di lingkungan Muba atau Sumsel saja. Ia menebus batas-batas daerah. Di level nasional, ia dipercaya menjadi Ketua Harian Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), yang kini berubah nama menjadi Badan Koordinasi Kabupaten Seluruh Indonesia (BKKSI) periode 2005-2008.
Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Umum Forum Komunikasi Daerah Penghasil Migas (FKPDM) periode 2005-2008. Melalui FKPDM inilah ia memperjuangkan pembagian hasil migas yang lebih fair antara daerah dengan pemerintah pusat. Seorang pemimpin harus gigih memperjuangkan kesejahteraan daerahnya.
Untuk membangun daerah, alex juga piawai merangkul investor. Ia punya jaringan luas untuk itu. Terbukti, ia bisa mengajak kerjasama investor nasional maupun internasional untuk turut mengebangkan Muba, baik disektor pendidikan, kesehatan, maupun industri, dan pertambangan, serta perkebunan.
Ia selalu memegang prinsip, seorang pemimpin layaknya pejuang. Ia harus punya komitmen kuat memperjuangkan kepen-tingan rakyat dan daerahnya. Salah satu wasiat dari almarhum ayahnya yang terus dipegangnya adalah agar selalu berorientasi bagi kejayaan rakyat dan daerahnya serta rela berkorban. Seorang pemimpin harus senantiasa memegang amanah. “Saya tidak mau menjadi orang yang tidak bisa dipegang kata-katanya, “kata Alex.
Sikap untuk jadi pemimpin yang selalu memegang amanah itulah yang ia canangkan untuk memimpin Sumatera selatan kini. Bersama seluruh lapisan masyarakat, jajaran pemerintah daerah dan birokasi, ia yakin Sumsel bisa lebih maju dari kondisi sekarang.
Alex Noerdin adalah putra pejuang kemerdekaan H. moehammad Noerdin pandji dan Hj. Siti Fatimah. Selepas SMA di palembang, ia meneruskan studi di Jakarta. Semangat belajar yang tinggi mendorongnya kuliah di dua perguruan tinggi terkemuka dalam waktu bersamaan, yakni di Fakultas teknik Industri Trisakti (lulus 1980) dan Fakultas Hukum Universitas Atmajaya (lulus 1981).
Tamat kuliah, ia kembali ke Palembang dan memulai karir di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) Provinsi Sumsel. Di sela-sela kesibukannya sebagai Pegawai Negeri Sipil, Alex tetap rajin menimba ilmu. Antara lain di Nagoya, Jepang (UNCRD, 1985), Roterdam, Belanda (HIS, 1987-1988), Cambridge, USA (Harvard University,1992) dan Kobe, Jepang (UNFPA, 1996).
Sukses dalam pendidikan dan karir, ia dan isterinya, Hj. Sri Eliza, tetap menjaga keluarga untuk menjalankan agama dengan ketat. Pasangan ini berusaha mewujudkan keluarga sakinah, mawadah warohmah. Alex-Eliza juga berhasil menghantarkan sukses putra-putrinya.
Anak pertama, H. Dodi Reza Alex lulus magna cumlaude dari Solvay Business School, Universitas Libre de Bruxelles, Brussels, Belgia. Dodi kini dikenal sebagai pengusaha muda sukses dijakarta dan aktif berorganisasi, antara lain dia menjabat sebagai ketua umum BPD HIPMI Sumsel, ketua Korwil sumbagsel badan pengurus pusat atau (BPP) HIPMI, fungsionalris pusat BPP partai golkar, bendahara umum KONI Sumsel, dan ketua umum pemprov berbasis Sumsel.
Anak kedua, Deni Akhendra Alex meninggal tahun 2003. Anak ketiga, H. Luri Elza Alex, adalah seorang pengacara dan kini tinggal di Jerman bersama suaminya.